Udara dingin di langit cimahi berhembus ke dalam rumah yang dihuni oleh tiga orang. Seorang lelaki yang memasrahkan hidupnya kepada takdir Allah, seorang lagi yang kepalanya penuh dengan ide bisnis dan cara memperjuangkan organisasinya, dan terakhir adalah seorang lelaki yang begitu gundah hatinya. Kegundahannya tersimpan begitu rapih dalam dada, tak seorang pun yang menyadari kegundahannya. Berbeda dengan biasanya, kegundahan muncul bukan karena kegalauan atau karena putus cinta. Tetapi datang dari ketakukatannya terhadap diri sendiri. Berbagai teori tentang kepribadian ganda begitu populer di dunia ini. Lelaki itu mengenalnya dengan sebutan Munafik. Ia begitu khawatir.. Khawatir dirinya akan kembali kepada kemunafikan.
Saat berkumpul bersama orang-orang baik, begitu mudah ia berbuat baik. Tersenyum pada setiap orang, mengatakan hal-hal baik pada setiap orang, berusaha menghormati orang lain, bahkan bersikap seolah "aku adalah orang yang bersahabat dengan diri sendiri". Pada kenyataannya, masa lalu membantah semua perilaku itu. Masa lalu berkata bahwa "Kau berbohong! bahkan pada dirimu sendiri!". Sehingga orang lain mengira dirinya baik, padahal ia menyalahi diri sendiri.
Suara itu terus menghantui pikiran sang lelaki. Walau pun sedang berada dalam kondisi yang positif, ia khawatir dirinya akan kembali terjerumus. Kegelapan itu begitu sempit dan menyesakan dada. Tak kuasa hidup di dalam kondisi itu, walau hanya sebatas membayangkannya.
Pesawat besar melintas di atas langit rumah ketiga orang itu. Waktu terus bergulir, dan kematian semakin dekat kepada setiap orang. Tapi kebenyakan dari mereka lebih memilih untuk melupakannya. Dan menyibukan diri dalam kesibukan dunia yang sia-sia.
Saat berkumpul bersama orang-orang baik, begitu mudah ia berbuat baik. Tersenyum pada setiap orang, mengatakan hal-hal baik pada setiap orang, berusaha menghormati orang lain, bahkan bersikap seolah "aku adalah orang yang bersahabat dengan diri sendiri". Pada kenyataannya, masa lalu membantah semua perilaku itu. Masa lalu berkata bahwa "Kau berbohong! bahkan pada dirimu sendiri!". Sehingga orang lain mengira dirinya baik, padahal ia menyalahi diri sendiri.
Suara itu terus menghantui pikiran sang lelaki. Walau pun sedang berada dalam kondisi yang positif, ia khawatir dirinya akan kembali terjerumus. Kegelapan itu begitu sempit dan menyesakan dada. Tak kuasa hidup di dalam kondisi itu, walau hanya sebatas membayangkannya.
Pesawat besar melintas di atas langit rumah ketiga orang itu. Waktu terus bergulir, dan kematian semakin dekat kepada setiap orang. Tapi kebenyakan dari mereka lebih memilih untuk melupakannya. Dan menyibukan diri dalam kesibukan dunia yang sia-sia.
Komentar
Posting Komentar